Monday, May 18, 2009

10 hal yang membuat wanita mood bercinta!



“Aku lagi ndak mood neh”, ucapan yang jelas tak ingin Anda dengar dari pasangan saat mengajaknya bercinta. Banyak pria mengeluhkan pasangan mereka yang sering menolak saat diajak berhubungan seks. Cobalah untuk mengerti pasangan anda, dan tak ada salahnya mengetahui kapankah pasangan anda mengalami masa ‘horniest’.

1. Setelah Pertengkaran

Konsep make-up sex bukanlah sebuah mitos. Berdebat sengit dengan kekasih kadang membuat Anda sangat marah membuat darah Anda naik, detak jantung berdetak cepat. Dan saat Anda berdua telah melepaskan semua beban yang mengganjal dada Anda, tak ada hal yang lebih baik selain meredakan amarah dengan merangkulnya, menciuminya penuh gairah dan biarkan emosi Anda yang do the rest. Mungkin kelakukan Anda membuatnya tak nyaman bahkan membuatnya menangis, it’s ok. Beri dia waktu menenangkan diri, hapus air matanya dan bercintalah dengannya.

2. Suasana Bahagia

Seperti halnya kemarahan dan kesedihan, kebahagiaan yang berlebihan juga membuat wanita merasa ‘mood’ untuk bercinta. Saat pasangan mendapat pekerjaan baru, dapat promosi di kantornya, lulus dengan predikat terbaik, mengetahui bakal mendapat momongan, apapun bentuk kebahagiaan tersebut, wanita memiliki gairah dan semangat positif yang berlebihan. So kenapa tak mencoba menggunakan gairah tersebut untuk mengajaknya bercinta.

3. Stress

Stress. Memang bukan hal biasa untuk bercinta, stress selalu dianggap meningkatkan tekanan emosi sampai ke tingkat extrem. Disisi lain stres akan meningkatkan libido wanita. Tak ada salahnya anda mencoba memberikan kehangatan untuk meredakan keteganganya yang dialaminya dan memanfaatkan naiknya intensitas libidonya. Seks juga meredakan sakit kepala yang dialami pasangan karena stress yang dideritanya.

4. Cemburu

Wanita selalu merasa terbakar jika mendengar kekasihnya bermain dengan wanita lain. Satu hal yang sering hinggap di benak pasangan anda adalah: dia selalu berpikir jika Anda adalah miliknya, bukan milik wanita lain. Jadikan apa yang ada dalam benaknya menjadi sebuah keyakinan jika memang Anda adalah miliknya. Jangan membuatnya bingung dan sakit, manfaatkan moment kecemburuan ini dengan melakukan hubungan cinta yang dasyat dengannya.

5. Saat ovulasi

Wanita sangat mudah horny saat berovulasi. So, kira-kira dua minggu dari datang bulan terakhirnya adalah saat yang tepat mengajaknya bercinta. Tapi bukan hal yang mudah jika pasangan anda termasuk dalam kategori datang bulan tak teratur.

6. Pesta

Wanita cenderung mudah horny dalam sebuah situasi romantis. Tak ada salahnya mengajaknya berdansa dengan musik-musik lembut, menuangkannya sedikit minuman memabukkan, dan mulai mencumbunya dengan penuh kelembutan. Dan biarkan dia mencair dalam pelukan anda.

7. Film sexy-romatis

Tak semua wanita menyukai fil=film panas, namun film-film dengan adegan seks yang dibintangi Brad Pitt atau Antonio Banderas bisa membuat mereka bergairah. So tak ada salahnya menyewa film romatis favorit mereka dan jangan pernah lewatkan malam-malam romantis dengan pasangan Anda.

8. Long-distance love

Cinta jarak jauh memiliki potensi besar untuk meningkatkan gairah kehidupan seksual Anda. Berpisah dengan pasangan beberapa hari atau bahkan beberapa minggu membuat Anda dan pasangan saling merindukan satu sama lain. Jarak hanya menghubungkan Anda via komunikasi telepon, so saat Anda dan pasangan bertemu luapan dan gairah cinta yang selama ini Anda pendam akan meledak dan bukan tak mungkin Anda akan mengalami percintaan yang benar-benar luar biasa.

9. Lama menyendiri

Semakin lama wanita tak melakukan seks, semakin menumpuk gairah seksualnya. So jika anda menjalin hubungan dengan wanita yang telah lama hidup sendiri bisa dipastikan andalah yang akan menjadi oase dari kehausan seks nya selama ini.

10. Kreatif

Jika pasangan Anda adalah pribadi yang kreatif, misalnya senang berkreasi di dapur, coba gunakan kesempatan ini untuk merayunya dan melakukan seks yang berbeda dari seks rutin anda. So lain waktu, saat dia sedang menyiapkan makan malam, menyelinaplah ke dapur dan cobalah sedikit ‘pre-dinner sex’.











Sunday, May 10, 2009

penyakit sex

Kecanduan seks dapat diartikan sebagai tingkah laku akibat dorongan seksual yang luar biasa intens atau terobsesi akan seks. Pikiran orang yang bersangkutan didominasi oleh seks sehingga pekerjaan atau kehidupan kehidupan sosial dan hubungan cintanya terganggu. Bagi Pria hal ini dapat mendatangkan ‘malapetaka’ bagi dirinya sendiri, apalagi bila tidak disertai pikiran yang dewasa. Masalahnya pecandu seks umumnya merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Kebanyakan dari Pecandu seks akan menyangkal jika ada yang mengatakan dirinya bermasalah. Alasan yang ‘pintar’pun kerap terucap dari pecandu seks, jika pada mereka ditanyakan alasan mengapa baginya seks adalah segalanya. Ada beberapa gejala yang mungkin bisa dijadikan penanda jika seseorang mengalami kecanduan terhadap seks. Gejala tersebut bisa berupa:

* Masturbasi berlebihan.
* Menjalin hubungan dengan banyak pasangan.

* Terobsesi dengan materi pornografi.
* Melakukan seks lewat telepon atau komputer (cybersex) secara intensif.
* Terlibat mendalam dengan prostitusi.
* Suka pamer genital (exhibitionism).
* Suka mengintip orang berhubungan seks.
* Suka melakukan pelecehan seksual.
* Pemerkosaan atau kekerasan seksual lainnya.
* Pedophilia.

Bedanya pecandu seks dan penikmat seks, pecandu seringkali tidak peduli jika dirinya dalam bahaya saat ingin melakukan aksi seksualnya. Penikmat seks masih bisa berpikir ‘lurus’ dan mundur jika aksi seksualnya akan mendatangkan bahaya atau malu, baik pada dirinya ataupun pada pasangannya. Sedangkan pecandu akan jalan terus dan tidak peduli dengan konsekuensinya. Seringkali pecandu merasa malu atau bersalah setelah melakukan aksinya, tapi tetap saja ia tak bisa mengontrol hasratnya. Umumnya mereka tidak mendapatkan kepuasan berarti dari aksinya, hanya kesenangan sesaat seperti jika orang kecanduan narkoba sedang high. Banyak orang yang berpikir kecanduan seks seharusnya lebih mudah untuk berhenti dibandingkan kecanduan narkoba, alkohol atau merokok, sebab tidak melibatkan zat kimia pecandu. Dalam kecanduan seks, dan juga kecanduan judi, kita memang tidak memasukkan zat kimia dalam tubuh. Sebenarnya zat kimia yang membuat kita kecanduan diproduksi oleh otak kita, dengan konsumsi bahan kimia dari luar maupun tidak, kata Dr Patrick Carnes, direktur bagian penyimpangan seksual di Meadows Treatment Center, Arizona, AS. Mengobati kecanduan seks, seperti kecanduan lainnya, sangat tergantung dari orang bersangkutan. Jika ia bisa menyadari bahwa perbuatannya salah dan ada kemauan untuk mengubahnya, pengobatan menjadi lebih mudah. Proses pengobatan bisa berupa serangkaian terapi mengenai kesehatan seksual, hubungan cinta yang sehat, pernikahan, atau mengikuti program support group. Terkadang obat-obatan tertentu, seperti Prozac atau Anafranil, diperlukan untuk menahan dorongan seksual yang berlebihan.

Dinda & Seks Pertamanya

Nama saya Dinda. Sebenarnya itu bukan nama asli saya. Menurut orang, wajah saya cantik sekali. Mataku yang sayu sering membuat pria tergila-gila padaku. Saya sendiri tidak GR tapi saya merasa pria banyak yang ingin bersetubuh dengan saya. Saya senang saja karena pada dasarnya saya juga senang ML.
Saya dibesarkan di keluarga yang taat beragama. Dari SD hingga SMP saya disekolahkan di sebuah sekolah berlatar belakang agama. Sebenarnya dari kelas 6 SD, gairah seksual saya tinggi sekali tetapi saya selalu berhasil menekannya dengan membaca buku. Selesai SMP tahun 1989, saya melanjutkan ke SMA negeri di kawasan bulungan, Jakarta Selatan.
Di hari pertama masuk SMA, saya sudah langsung akrab dengan teman-teman baru bernama Vera, Angki dan Nia. Mereka cantik, kaya dan pintar. Dari mereka bertiga, terus terang yang bertubuh paling indah adalah si Vera. Tubuh saya cenderung biasa saja tetapi berbuah dada besar karena dulu saya gemuk, tetapi berkat diet ketat dan olah raga gila-gilaan, saya berhasil menurunkan berat badan tetapi payudaraku tetap saja besar.
Di suatu hari Sabtu, sepulang sekolah kami menginap ke rumah Vera di Pondok Indah. Rumah Vera besar sekali dan punya kolam renang. Di rumah Vera, kami ngerumpi segala macam hal sambil bermalas-malasan di sofa. Di sore hari, kami berempat ganti baju untuk berenang. Di kamar Vera, dengan cueknya Vera, Angki dan Nia telanjang didepanku untuk ganti baju. Saya awalnya agak risih tetapi saya ikut-ikutan cuek. Saya melirik tubuh ketiga teman saya yang langsing. Ku lirik selangkangan mereka dan bulu kemaluan mereka tercukur rapi bahkan Vera mencukur habis bulu kemaluannya. Tiba-tiba si Nia berteriak ke arah saya..
“Gile, jembut Dinda lebat banget”
Kontan Vera dan Angki menengok kearah saya. Saya menjadi sedikit malu.
“Dicukur dong Dinda, enggak malu tuh sama celana dalam?” kata Angki.
“Gue belum pernah cukur jembut” jawabku.
“Ini ada gunting dan shaver, cukur aja kalau mau” kata Vera.
Saya menerima gunting dan shaver lalu mencukur jembutku di kamar mandi Vera. Angki dan Nia tidak menunggu lebih lama, mereka langsung menceburkan diri ke kolam renang sedangkan Vera menunggui saya. Setelah mencoba memendekkan jembut, Vera masuk ke kamar mandi dan melihat hasil saya.
“Kurang pendek, Dinda. Abisin aja” kata Vera.
“Nggak berani, takut lecet” jawabku.
“Sini gue bantuin” kata Vera.
Vera lalu berjongkok di hadapanku. Saya sendiri posisinya duduk di kursi toilet. Vera membuka lebar kaki saya lalu mengoleskan shaving cream ke sekitar vagina. Ada sensasi getaran menyelubungi tubuhku saat jari Vera menyentuh vaginaku. Dengan cepat Vera menyapu shaver ke jembutku dan menggunduli semua rambut-rambut didaerah kelaminku. Tak terasa dalam waktu 5 menit, Vera telah selesai dengan karyanya. Ia mengambil handuk kecil lalu dibasahi dengan air kemudian ia membersihkan sisa-sisa shaving cream dari selangkanganku.
“Bagus kan?” kata Vera.
Saya menengok ke bawah dan melihat vaginaku yang botak seperti bayi. OK juga kerjaannya. Vera lalu jongkok kembali di selangkanganku dan membersihkan sedikit selangkanganku.
“Dinda, elo masih perawan ya?” kata Vera.
“Iya, kok tau?”
“Vagina elo rapat banget” kata Vera.
Sekali-kali jari Vera membuka bibir vagina saya. Nafasku mulai memburu menahan getaran dalam tubuhku. Ada apa ini? Tanya saya dalam hati. Vera melirik ke arahku lalu jarinya kembali memainkan vaginaku.
“Ooh, Vera, geli ah”
Vera nyengir nakal tapi jarinya masih mengelus-elus vaginaku. Saya benar-benar menjadi gila rasanya menahan perasaan ini. Tak terasa saya menjambak rambut Vera dan Vera menjadi semakin agresif memainkan jarinya di vaginaku. Dan sekarang ia perlahan mulai menjilat vagina saya.
“Memek kamu wangi”
“Jangan Vera” pinta saya tetapi dalam hati ingin terus dijilat.
Vera menjilat vagina saya. Bibir vagina saya dibuka dan lidahnya menyapu seluruh vagina saya. Klitorisku dihisap dengan keras sehingga nafas saya tersentak-sentak. Saya memejamkan mata menikmati lidah Vera di vaginaku. Tak berapa lama saya merasakan lidah Vera mulai naik kearah perut lalu ke dada. Hatiku berdebar-debar menantikan perbuatan Vera berikutnya. Dengan lembut tangan Vera membuka BH-ku lalu tangan kanannya mulai meremas payudara kiriku sedangkan payudara kananku dikulum oleh Vera. Inikah yang namanya seks? Tanyaku dalam hati. 18 tahun saya mencoba membayangkan kenikmatan seks dan saya sama sekali tak membayangkan bahwa pengalaman pertamaku akan dengan seorang perempuan. Tetapi nikmatnya luar biasa. Vera mengulum puting payudaraku sementara tangan kanannya sudah kembali turun ke selangkanganku dan memainkan klitorisku. Saya menggeliat-geliat menikmati sensualitas dalam diriku. Tiba-tiba dari luar si Nia memanggil..
“Woi, lama amat di dalam. Mau berenang enggak?”
Vera tersenyum lalu berdiri. Saya tersipu malu kemudian saya bergegas memakai baju berenang dan kami berdua menyusul kedua teman yang sudah berenang. Di malam hari selesai makan malam, kita berempat nonton TV dikamar Vera. Oiya, orang tua Vera sedang keluar negeri sedangkan kakak Vera lagi keluar kota karenanya rumah Vera kosong. Setelah bosan menonton TV, kami menggosipkan orang-orang di sekolah. Pembicaraan kami ngalor-ngidul hingga Vera membuat topik baru dengan siapa kita mau bersetubuh di sekolah. Angki dan Nia sudah tidak perawan sejak SMP. Mereka berdua menceritakan pengalaman seks mereka dan Vera juga menceritakan pengalaman seksnya, saya hanya mendengarkan kisah-kisah mereka.
“Kalau gue, gue horny liat si Ari anak kelas I-6″ kata Nia.
“Iya sama dong, tetapi gue liat horny liat si Marcel. Kayaknya kontolnya gede deh” kata Angky.
“Terus terang ya, gue dari dulu horny banget liat si Alex. Sering banget gue bayangin ****** dia muat enggak di vagina gue. Sorry ya Vera, gue kan tau Alex cowok elo” kata saya sambil tersenyum.
“Hahaha, nggak apa-apa lagi. Banyak kok yang horny liat dia. Si Angky dan Nia juga horny” kata Vera. Kami berempat lalu tertawa bersama-sama.
Di hari Senin setelah pulang sekolah, Vera menarik tangan saya.
“Eh Dinda, beneran nih elo sering mikirin Alex?”
“Iya sih, kenapa? Nggak apa-apa kan gue ngomong gitu?” tanya saya.
“Nggak apa-apa kok. Gue orangnya nyantai aja” kata Vera.
“Pernah kepikiran enggak mau ML?” Vera kembali bertanya.
“Hah? Dengan siapa?” tanya saya terheran-heran.
“Dengan Alex. Semalam gue cerita ke Alex dan Alex mau aja ML dengan kamu”
“Ah gila loe Vera” jawab saya.
“Mau enggak?” desak Vera.
“Terus kamu sendiri gimana?” tanya saya dengan heran.
“Saya sih cuek aja. Kalo bisa bikin teman senang, kenapa enggak?” kata Vera.
“Ya boleh aja deh” kata saya dengan deg-degan.
“Mau sekarang di rumahku?” kata Vera.
“Boleh”
Saya naik mobil Vera dan kami berdua langsung meluncur ke Pondok Indah. Setiba di sana, saya mandi di kamar mandi karena panas sekali. Sambil mandi, perasaan saya antara tegang, senang, merinding. Semua bercampur aduk. Selesai mandi, saya keluar kamar mandi mengenakan BH dan celana dalam. Saya pikir tidak ada orang di kamar. Saya duduk di meja rias sambil menyisir rambutku yang panjang. Tiba-tiba saya kaget karena Vera dan Alex muncul dari balkon kamar Vera. Rupanya mereka berdua sedang menunggu saya sambil mengobrol di balkon.
“Halo Dinda” kata Alex sambil tersenyum.
Saya membalas tersenyum lalu berdiri. Alex memperhatikan tubuhku yang hanya ditutupi BH dan celana dalam. Tubuh Alex sendiri tinggi dan tegap. Alex masih campuran Belanda Menado sehingga terlihat sangat tampan.
“Hayo, langsung aja. Jangan grogi” kata Vera bagaikan germo.
Alex lalu menghampiriku kemudian ia mencium bibirku. Inilah pertama kali saya dicium di bibir. Perasaan hangat dan getaran menyelimuti seluruh tubuhku. Saya membalas ciuman Alex dan kita berciuman saling berangkulan. Saya melirik ke Vera dan saya melihat Vera sedang mengganti baju seragamnya ke daster. Alex mulai meremas-remas payudaraku yang berukuran 34C. Saya membuka BH-ku sehingga Alex dengan mudah dapat meremas seluruh payudara. Tangan kirinya diselipkan kedalam celana dalamku lalu vaginaku yang tidak ditutupi sehelai rambut mulai ia usap dengan perlahan. Saya menggelinjang merasakan jari jemari Alex di selangkanganku. Alex lalu mengangkat tubuhku dan dibaringkan ke tempat tidur. Alex membuka baju seragam SMA-nya sampai ia telanjang bulat di hadapanku. Mulut saya terbuka lebar melihat kontol Alex yang besar. Selama ini saya membayangkan kontol Alex dan sekarang saya melihat dengan mata kapala sendiri kontol Alex yang berdiri tegak di depan mukaku. Alex menyodorkan kontolnya ke muka saya. Saya langsung menyambutnya dan mulai mengulum kontolnya. Rasanya tidak mungkin muat seluruh kontolnya dalam mulutku tetapi saya mencoba sebisaku menghisap seluruh batang kontol itu.
Saya merasakan tangan Alex kembali memainkan vaginaku. Gairah saya mulai memuncak dan hisapanku semakin kencang. Saya melirik Alex dan kulihat ia memejamkan matanya menikmati kontolnya dihisap. Saya melirik ke Vera dan Vera ternyata tidak mengenakan baju sama sekali dan ia sudah duduk di tempat tidur. Alex lalu membalikkan tubuhku sehingga saya dalam posisi menungging.
Saya agak bingung karena melihat Vera bersimpuh dibelakang saya. Ah ternyata Vera kembali menjilat vagina saya. Nafas saya memburu dengan keras menikmati jilatan Vera di kemaluan saya. Di sebelah kanan saya ada sebuah kaca besar dipaku ke dinding. Saya melirik ke arah kaca itu dan saya melihat si Alex yang sedang menyetubuhi Vera dalam posisi doggy style sedangkan Vera sendiri dalam keadaan disetubuhi sedang menikmati vaginaku.
Wah ini pertama kali saya melihat ini. Saya melihat wajah Alex yang ganteng sedang sibuk ******* dengan Vera. Gairah wajah Alex membuat saya semakin horny. Sekali-kali lidah Vera menjilat anus saya dan kepalanya terbentur-bentur ke pantat saya karena tekanan dari tubuh Alex ke tubuh Vera. Tidak berapa lama, Alex menjerit dengan keras sedangkan Vera tubuhnya mengejang. Saya melihat kontol Alex dikeluarkan dari vagina Vera. Air maninya tumpah ke pinggir tempat tidur.
Alex terlihat terengah-engah tetapi matanya langsung tertuju ke vagina saya. Bagaikan sapi yang akan dipotong, Alex dengan mata liar mendorong Vera ke samping lalu ia menghampiri diriku. Alex mengarahkan kontolnya yang masih berdiri ke vaginaku. Saya sudah sering mendengar pertama kali seks akan sakit dan saya mulai merasakannya. Saya memejamkan mata dengan erat merasakan kontol Alex masuk ke vaginaku. Saya menjerit menahan perih saat kontol Alex yang besar mencoba memasuki vaginaku yang masih sempit. Vera meremas lenganku untuk membantu menahan sakit.
“Aduh, tunggu dong, sakit nih” keluh saya.
Alex mengeluarkan sebentar kontolnya kemudian kembali ia masukkan ke vaginaku. Kali ini rasa sakitnya perlahan-lahan menghilang dan mulai berganti kerasa nikmat. Oh ini yang namanya kenikmatan surgawi pikir saya dalam hati. kontol Alex terasa seperti memenuhi seluruh vaginaku. Dalam posisi nungging, saya merasakan energi Alex yang sangat besar. Saya mencoba mengimbangi gerakan tubuh Alex sambil menggerakkan tubuhku maju mundur tetapi Alex menampar pantatku.
“Kamu diam aja, enggak usah bergerak” katanya dengan galak.
“Jangan galak-galak dong, takut nih Dinda” kata Vera sambil tertawa. Saya ikut tertawa.
Vera berbaring di sebelahku kemudian ia mendekatkan wajahnya ke diriku lalu ia mencium bibirku! Wah, bertubi-tubi perasaan menyerang diriku. Saya benar-benar merasakan semua perasaan seks dengan pria dan wanita dalam satu hari. Awalnya saya membiarkan Vera menjilat bibirku tetapi lama kelamaan saya mulai membuka mulutku dan lidah kami saling beradu.
Saya merasakan tangan Alex yang kekar meremas-remas payudaraku sedangkan tangan Vera membelai rambutku. Saya tak ingin ketinggalan, saya mulai ikut meremas payudara Vera yang saya taksir berukuran 32C. Kurang lebih lima menit kita bertiga saling memberi kenikmatan duniawi sampai Alex mencapai puncak dan ia ejakulasi. Saya sendiri merasa rasanya sudah orgasme kurang lebih 4 kali. Alex mengeluarkan kontolnya dari vaginaku dan Vera langsung menghisap kontolnya dan menelan semua air mani dari kontol Alex.
Saya melihat Alex meraih kantong celananya dan mengambil sesuatu seperti obat. Ia menelan obat itu dengan segelas air di meja rias Vera. Saya melihat kontol Alex yang masih berdiri tegak. Dalam hati saya bertanya-tanya bukankah setiap kali pria ejakulasi pasti kontolnya akan lemas? Kenapa Alex tidak lemas-lemas? Belakangan saya tau ternyata Alex memakan semacam obat yang dapat membuat kontolnya terus tegang.
Setelah minum obat, Alex menyuruh Vera berbaring ditepi tempat tidur lalu Alex kembali ******* dengan Vera dalam posisi missionary. Vera memanggil saya lalu saya diminta berbaring diatas tubuh Vera. Dengan terheran-heran saya ikuti kemauan Vera.
Saya menindih tubuh Vera tetapi karena kaki Vera sedang ngangkang karena dalam posisi *******, terpaksa kaki saya bersimpuh disebelah kiri dan kanan Vera. Saya langsung mencium Vera dan Vera melingkarkan lengannya ke tubuhku dan kami berdua berciuman dengan mesra. Saya merasakan tangan Alex menggerayangi seluruh pantatku. Ia membuka belahan pantatku dan saya merasakan jarinya memainkan anusku.
Saya menggumam saat jarinya mencoba disodok ke anusku tetapi Alex tidak melanjutkan. Beberapa menit kemudian, Vera menjerit dengan keras. Tubuhnya mengejang saat air mani Alex kembali tumpah dalam vaginanya. Saya mencoba turun dari pelukan Vera tetapi Vera memeluk tubuhku dengan keras sehingga saya tidak bisa bergerak. Tak disangka, Alex kembali menyodorkan kontolnya ke vaginaku. Saya yang dalam posisi nungging di atas tubuh Vera tidak bisa menolak menerima kontol Alex.
Alex kembali memompakan kontolnya dalam vaginaku. Saya sebenarnya rasanya sudah lemas dan akhirnya saya pasrah saja disetubuhi Alex dengan liar. Tetapi dalam hatiku saya senang sekali dientotin. Berkali-kali kontol Alex keluar masuk dalam vaginaku sedangkan Vera terus menerus mencium bibirku. Kali ini saya rasa tidak sampai 3 menit Alex ******* dengan saya karena saya merasakan cairan hangat dari kontol Alex memenuhi vaginaku dan Alex berseru dengan keras merasakan kenikmatan yang ia peroleh. Saya sendiri melenguh dengan keras. Seluruh otot vaginaku rasanya seperti mengejang. Saya cengkeram tubuh Vera dengan keras menikmati sensual dalam diriku.
Alex lalu dalam keadaan lunglai membaringkan dirinya ke tempat tidur. Vera menyambutnya sambil mencium bibirnya. Mereka berdua saling berciuman. Saya berbaring disebelah kiri Alex sedangkan Vera disebelah kanannya. Kita bertiga tertidur sampai jam 5 sore. Setelah itu saya diantar pulang oleh Vera.
****
Itu adalah pengalaman seksku yang sangat berkesan. Bertahun-tahun kemudian saya sering horny tetapi saya harus memendam perasaan itu karena belum tahu cara melampiaskannya. Dan sekarang saya merasa senang sekali karena akhirnya bisa merasakan kenikmatan bersetubuh baik dengan pria maupun wanita. Masing-masing ternyata mempunyai kenikmatan tersendiri.

download bokep gratisdisini

Surabaya memang Indah

Pagi ini aku sedang membereskan pakaianku untuk dimasukkan ke dalam koper. Ayahku memperhatikan dengan wajah sedih karena aku satu-satunya anak lelakinya harus pergi demi meraih masa depanku. Aku akan tinggal di Surabaya bersama Tante dan Oomku.
“Papa harap kamu bisa menjaga diri dan berbuat baik, menurut pada Oom Benny dan TanteLenny..” kata papaku.
Aku hanya diam menoleh menatap papaku yang nampak kurang bersemangat karena kepergianku, lalu kupeluk papaku.
“Saya tidak akan mengecewakan Papa..” kataku sambil menuju ke pintu.
Aku naik angkot menuju ke terminal bus. Ketika sudah di atas bus, aku membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya sambil berharap semoga cita-citaku dapat tercapai. Sesampainya di terminal, aku melanjutkan dengan naik angkot menuju perumahan mewah di daerah Darmo.
“Apa ini rumahnya..?” kataku dalam hati.
Nomornya sih bener. Maklum aku belum pernah ke rumahnya.
“Gila.., ini rumah apa istana..?” gumamku bicara pada diriku sendiri.
Aku segera menekan bel yang ada pada pintu gerbang. Beberapa saat kemudian pintu gerbang dibuka. Seorang satpam berbadan gemuk mengamatiku, lalu menegurku.
“Cari siapa ya..?” tanyanya.
“Apa betul ini rumah Oom Benny..?” tanyaku balik.
“Ya betul.. sampean siapa?” tanyanya lagi.
“Saya keponakan Oom Benny dari Jember.”
“Kenapa nggak bilang dari tadi, Sampean pasti Den Welly, kan..? Tuan sedang keluar kota, tapi Nyonya ada lagi nungguin.”
Sekejap aku sudah berada di ruangan dalam rumah mewah yang diisi perabotan yang serba lux. Tak lama kemudian seorang wanita cantik berkulit putih bersih dan bertubuh seksi muncul dari ruang dalam. Kalau kutebak usianya sekitar 35 tahunan, tapi bagikan seorang gadis yang masih perawan.
Dia tersenyum begitu melihatku, “Kok terlambat Well..? Tante pikir kamu nggak jadi datang..” ucap wanita seksi itu sambil terus memandangiku.
“Iya Tante.. maaf..” jawabku pendek.
“Ya sudah.., kamu datang saja Tante sangat senang.. Pak Bowo.., antarkan Welly ke kamarnya..!” perintah Tante Lenny pada Bowo.
Lalu aku mengikuti Pak Bowo menuju sebuah kamar yang ada di bagian bawah tangga. Aku cukup senang menempati kamar itu, karena aku langsung tertidur sampai sore hari. Ketika bangun aku segera mandi, lalu berganti pakaian. Setelah itu aku keluar kamar hendak jalan-jalan di halamanbelakang yang luas. Ketika sedang asik menghayal, tiba-tiba suara lembut dan manja menegurku. Aku agak kaget dan menoleh ke belakang. Ternyata tanteku yang sore itu mengenakan kimono dengan rokok di tangannya, rupanya ia baru bangun tidur.
“Oh Tante..” sapaku kikuk.
Tante tersenyum, dan pandangan yang nakal tertuju pada dadaku yang bidang dan berbulu lebat. Badanku memang cukup atletis karena sering berenang, fitness, dan aku memang mempunyaiwajah yang lumayan ganteng.
“Kamu sudah mandi ya, Wel..? Tampan sekali kamu..” kata tanteku memuji.
Aku kaget bukan main ketika ia mendekatiku, tangannya langsung mengelu-elus penisku, tentu saja aku jadi salah tingkah.
“Saya mau ke kamar dulu Tante..” kataku takut kalau nanti dilihat Oom Benny.
“Tunggu sebentar Wel, Tante ingin minta tolong mijitin kaki Tante.., soalnya keseleo waktu turun tadi..” kata Tante Lenny sambil merengek.
Lalu dia duduk seenaknya, hingga kimono yang tidak dikancing seluruhnya tersingkap, dan bagian dalam tante terlihat olehku. Gila.., ternyata ia tidak memakai CD, sempat juga kulihat bulu-bulu tipis di sekitar kemaluannya seperti habis dicukur.
Aku menahan nafas dan mencoba mengalihkan pandangan, tapi Tante Lenny yang tahu hal itu malah menarik lenganku dan mengangkat kaki kanannya menunjukkan bagian yang sakit. Aku terpaksa melihat betis dan paha tante yang mulus dan padat itu.
“Tolong diurut ya Wel.., tapi pelan-pelan aja ya..” ucapnya lembut.
Terpaksa aku memijit betis tanteku, meskipun hatiku cemas dan bingung. Apalagi ketika aku mencuri pandang melihat paha dan selangkanganya, sehingga nampak sekilas bagian yang berwarna merah muda itu. Tanteku melirik ke arahku sambil tersenyum genit, aku semakin bingung dan malu.
Itu pengalamanku di hari pertama di rumah Oom Benny. Sudah tiga Hari Oom Benny belum pulang juga, padahal aku ingin bertemu dengannya, sedangkan tiap malam aku diminta oleh tante untuk menemaninya ngobrol, bahkan tidak jarang disuruh menemani menonton VCD porno. Benar-benar gila.Hingga pada suatu malam tanteku merintih kesakitan. Waktu itu tante sedang nonton TV sendirian.
Tiba-tiba wanita itu memekik, “Achh.., aduh.., tolong Wel..!” keluhnya sambil memegangi keningnya.
“Kenapa Tante..?” tanyaku kaget dan khawatir.
“Kepala Tante agak pusing.., aduh.. tolong bawa Tante ke kamar Wel..!” keluh tante sambilmemegangi kepalanya.
Aku jadi kebingungan dan serba salah.
“Saya panggil Pak Bowo dulu ya Tante..?” usulku sambil ingin pergi.
Tapi dengan cepat tanteku melarangnya, “Nggak usah, lagi pula Pak Bowo Tante suruh ke Pasuruan ngawal barang.”
Aku jadi bertambah bingung. Terpaksa kutuntun tanteku untuk naik ke ruang atas. Tante merebahkan kepalanya pada pelukanku, aku jadi gemeteran sambil terus menaiki tangga.Sesampainya di dalam kamar, tante merebahkan tubuhnya yang seksi itu dengan telentang. Aku menarik napas lega dan bermaksud meninggalkan kamar. Baru saja kubalikkan tubuh, suara lembut itu melarangku.
“Kamu mau kemana..? Jangan tinggalkan Tante.., tolong pijitin Tante.. Wel..!”
Mendengar itu seluruh tubuhku jadi teringat pesan papa agar menuruti perkataan Oom dan Tanteku.
Perlahan kubalikkan badan, ternyata tanteku telah melepas kimononya. Dan kini hanya tinggal CD saja. Tubuhnya yang masih padat membuat nafsuku naik, payudara yang masih montok dan menantang itu membuat penisku mulai tegang, karena aku belum pernah melihat keindahan tubuh wanita dalam keadaan telanjang seperti ini, apalagi tanteku menggeliat perlahan. Desahan bibirnya yang tipis mengundang nafsu dan birahiku, dan penisku semakin dibuatnya tegang. Kuberanikan diri melangkah menuju ranjang.
Begitu sampai, tanteku yang pura-pura pusing itu tiba-tiba bangkit, lalu memelukku dan mencium bibirku dengan penuh nafsu. Wanita yang hipersex itu dengan cepat melucuti seluruh pakaianku.
“Jangan Tante.., jangan, saya takut..” pintaku sambil mau memakai pakaianku kembali.
“Kalo kamu menolak, Tante akan teriak dan mengatakan pada semua orang bahwa kamu mau memperkosa Tante..” ancam tanteku.
Aku hanya terdiam dan pasrah. Wanita itu kembali mencumbuku, diciuminya dan dijilatinya tubuhku. Begitu tangan halusnya mengenggam penisku, aku langsung membalas ciumannya dan mulai menjilati payudaranya, lalu kukulum putingnya yang berwarna merah agak kecoklatan itu. Tanteku mendesah perlahan.
Selanjutnya kami memainkan posisi 69, sehingga penisku dihisap dan dikemutnya. Nikmat sekali, kurenggangkan kedua pahanya sambil kujilat-jilat kemaluannya yang mulai basah itu.
“Ahh.., aahh.., ayo terus jilat Wel..! Jangan berhenti..!” erang tanteku keenakan.
Rupanya tanteku mengeluarkan cairan dari dalam liang kewanitaannya. Cairan itu memuncrat di wajahku, lalu kuhisap dan kutelan semua. Aku semakin terangsang, kujilati lagi kali ini lebih dalam, bahkan sampai ke duburnya. Kemudian kami berganti posisi, kali ini aku berdiri dan tante jongkok sambil mengulum penisku yang sudah sangat tegang.
Ternyata tanteku pandai sekali menjilat penis, tidak sampai lima menit aku sudah keluar.
“Ahh.., ayo Tante.., terus jilat sayang.., acchh..!” desahku sambil kudorong keluar masuk di mulutnya penisku yang besar ini.

Download bokep disini

“Tante mau keluar nih.., achh.. yeahh..!” erangku sambil kumuncratkan maniku di mulutnya.
Tante menelan semua maniku, bahkan masih mengocoknya berharap masih ada sisanya.
Setelah beberapa saat penisku mulai bangun kembali. Setelah tegang dibimbingnya penisku masuk ke liang kewanitaannya. Kali ini aku di atas dan tante di bawah. Agak susah sih, mungkin sudah lama tidak service oleh Oom Benny. Setelah kepalanya masuk, kudorong perlahan hingga masuk semuanya ke dalam.
“Ayo Wel..! Gerakin dong Sayang..!” pinta tanteku sambil menggerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah karena ia sekarang berada di bawah.
Akhirnya kudorong keluar masuk penisku dengan gerakan yang cepat, sehingga semakin keras erangan tanteku.
Beberapa saat kemudian aku sudah ingin keluar, “Aahh..! Tante.., Welly udah mau keluar.., ahh..!” kataku.
“Sabar Sayang.., Tante sebentar lagi nih..! Yeahh.. ohh.. ahh.., fuck me Wel..! Kita barengan ya Sayang..? Oh.. yeah..!”
Rupanya tanteku juga hampir orgasme. Rasanya seperti ada yang memijat-mijat penisku dan kakinya dilingkarkan ke pantatku. Tante bergetar hebat dan memelukku sambil kemaluannya mengeluarkan cairan yang menyemprot penisku. Tidak lama aku juga mengeluarkan air mani dan spermaku di dalam vaginanya. Terasa begitu nikmatnya dunia ini. Akhirnya kami berdua terkapar lemas.
“Hebat bener kamu Wel.., Tante nggak nyangka baru kali ini Tante merasakan kenikmatan yang luar biasa..!” tuturnya dengan nafas terengah-engah.
Aku diam tak menjawab, tapi dalam hati aku merasa bersalah telah berhubungan dengan tanteku dan takut ketahuan Oom Benny. Tante turun dari ranjang tanpa busana, lalu dia menyalakan sebatang rokok.
“Bagaimana kalau Oom Benny sampai tahu, Tante..? Saya takut.., saya merasa berdosa..” kataku lemah.
Tapi tanteku malah tersenyum dan memelukku dengan mesra.
“Asal kamu tidak memberitahu orang lain, perbuatan kita aman. Lagi pula Oommu itu udah nggak bisa melakukan hubungan badan sejak lama. Dia itu impotent, Wel..!” tutur wanita tanpa busana yang penuh daya tarik itu.
“Jadi semua ini Tante lakukan karena Oom Benny tidak bisa menggauli Tante lagi, ya..?” tanyaku.
“Ya. Bukan sekali ini saja Tante melakukan hal seperti ini.., sebelum sama kamu, Tante pernah melakukannya dengan beberapa teman bisnis Oommu. Terus terang Tante nggak tahan kalau seminggu tidak disentuh atau dipeluk laki-laki..” tutur Tante.
Aku jadi geleng kepala mendengar penjelasan tanteku. Lalu aku bergerak mau pergi, tapi dengan cepat tante menahanku dan mengusap-usap dadaku yang berbulu.
“Well.., kamu harus bersihkan badanmu dulu.., mandilah supaya segar..!” ucapnya lembut.
Aku tak menjawab hanya menarik nafas panjang, lalu melangkah ke kamar mandi. Tubuhku terasa letih namun puas juga.
Begitulah pengalaman di Surabaya yang kualami 6 tahun yang lalu. Dan sampai saat ini aku telah mempunyai istri dan seorang anak.

Download bokep disini

kuperkosa adik iparku

Saya lahir di Jakarta, keturunan cina, umur 28 thn, kerja disalah satu perusahaan swasta sebagai auditor pembukuan dan keuangan, saya ditugasi untuk mengawasi cabang denpasar, jadi saya tinggal disana menempati rumah kontrakan.
Suatu hari saya diberi kabar oleh pacar saya (Wiwi umur 26) yg di Jakarta, bahwa dia mau datang bersama adiknya (Irene umur 22).
Setelah kedatangannya, mereka menginap di kontrakanku (kamar tamu).
Tetapi Wiwi tidak bisa lama, karena dia hanya diberi ijin oleh kantornya 3 hari.
Selama 3 hari saya dan Wiwi selalu ngumpet-ngumpet dari cicinya untuk bermesraan, dan sialnya kita hanya bisa melakukan hubungan sex 1X (kami dulu telah biasa melakukannya sewaktu saya tingal di Jakarta), karena kesempatan untuk itu susah sekali.
Setelah Wiwi pulang, tinggal saya dan Irine yg masih mau liburan di bali.
Pada hari minggu saya ajak dia jalan ke berbagai tempat wisata, pulangnya dia langsung ingin istirahat karena kelelahan. Karena saya belum merasa ngantuk, saya ke ruangan tamu untuk nonton tv, sedangkan dia masuk kamar tidur tamu untuk istirahat.
Setelah acara yg saya sukai selesai, saya melihat jam, ternyata sudah jam 1 pagi, tiba-tiba muncul ide isengku untuk memasuki kamar tidur Irene, dengan perlahan-lahan saya berjalan mendekati pintu kamarnya, ternyata tidak dikunci, saya masuk dan melihat Irene telentang dengan kedua lengan dan paha terbuka, saya langsung mengambil tali plastik dan perlahan-lahan saya melucuti pakaiannya semua, mungkin karena dia terlalu lelah sehingga tidurnya sangat nyenyak sampai tidak tahu apa yg sedang saya lakukan, setelah semua pakaiannya kubuka, saya langsung mengikat lengan dan kakinya ke sudut-sudut ranjang.
Tiba-tiba dia terbangun, dan terkejut karena tubuhnya telah telanjang polos dan terikat di ranjang. “Ko lepasin saya”, suaranya gemetaran karena shock. “Cepat lepasin Ko!” Irene mengulangi perintahnya, kali ini lebih keras suaranya. Tubuh telanjangnya telah mambiusku. Aku segera mencopot celana dan celana dalamku dengan cepat. “Ko!” Irene memekik. “Mau ngapain kamu?” Irene terkesiap melihat batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak. Kusentuh payudaranya dengan kedua tanganku, rasanya dingin bagai seonggok daging.
“Koko gila luu yah!” Aku merasakan sensasi aneh melihat payudara dan liang kemaluan adik pacarku ini. Jelas beda dengan waktu-waktu dulu kalau mengintip dia ganti baju di kamarnya. Sekarang aku melihatnya dengan cara yang berbeda. “Koko, gua khan adik Wiwi!” Aku menyentuh liang kemaluannya dengan tanganku, lalu menjilatinya.
Setelah puas segera kuletakkan batang kemaluanku di gerbang liang kemaluan Irene. “Ko jangaaan!” dia memohon-mohon padaku. “Diam.. cerewet!” aku menjawab dengan sembarangan. Sekali batang kemaluanku kudorong ke depan, tubuhku sudah menjadi satu dengannya. “Iiiih… shiit!” dia mengumpat tapi ada nada kegelian dari suaranya itu. Aku menggoyangkan pinggangku secara liar hingga batang kemaluanku mengocok-kocok liang kemaluannnya. “Ahh… shiit! ah shiiit! Ko stop!” Semakin dia mamaki dan mengumpatku dengan ekspresi judesnya itu, semakin terangsang aku jadinya.

Download bokep gratis disini
Sambil memompa liang kemaluannya aku menghisap puting-puting payudaranya yang agak berwarna pink itu. “Mmmh.. udah jangan Ko!” Irene masih berteriak-teriak memintaku berhenti. “Lu diam aja jangan banyak ngomong”, ujarku cuek. “Ohh shiit!” ujarnya mengumpat. Dia menatapku dengan tatapan yang bercampur antara kemarahan dan kegelian yang ditahan. Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kasihan juga aku melihatnya terikat seperti ini. Dengan menggunakan cutter yang tergeletak di meja samping ranjang aku memotong tali yang mengikat kedua kakinya. Begitu kedua kakinya terlepas dia sempat berontak. Tapi apa dayanya dengan posisi telentang dengan tangan masih terikat. Belum lagi posisiku yang sudah mantap di antara kedua kakinya membuat dia hanya bisa meronta-ronta dan kakinya menendang-nendang tanpa hasil. “Aaahh Ko stop dong… udah Ko.. gue khan adik Wiwi”, dia memohon lagi tapi kali ini suaranya tidak kasar lagi dan terdengar mulai berdesah karena geli. Nafasnya pun mulai memburu. Aku menjilati lehernya dia melengos ke kiri dan ke kanan tapi wajahnya mulai tidak mampu menutupi rasa geli dan nikmat yang kuciptakan. ” Aduhh sshhh Ko udah dooong.. hhh.. sssh!” suaranya memohon tapi makin terdengar mendesah lirih. Kedua kakinya masih meronta menendang-nendang tapi kian lemah dan tendangannya bukan karena berontak melainkan menahan rasa geli dan nikmat.
Aku menaikkan tempo dalam memompa sehingga tubuhnya semakin bergetar setiap kali batang kemaluanku menusuk ke dalam liang kemaluannya yang hangat berulir serta kian basah oleh cairan kenikmatannya yang makin membanjir itu. Kali ini suara nafas Irene kian berat dan memburu, “Uh.. uh.. uhhffssh.. shiit Kooo.. agh uufffssshhh u.. uhhh!” Wajahnya semakin memerah, sesekali dia memejamkan matanya sehingga kedua alisnya seperti bertemu. Tapi tiap kali dia begitu atau saat dia merintih nikmat, selalu wajahnya dipalingkan dariku. Pasti dia malu padaku. Liang kemaluannya mulai mengeras seperti memijit batang kemaluanku. Pantatnya mulai bergerak naik turun mengimbangi gerakan batang kemaluanku keluar masuk liang kenikmatannya yang sudah basah total. Saat itu aku berbisik “Gimana, lu mau udahan?” Aku menggodanya. Sambil mengatur pernafasan dan dengan ekspresi yang sengaja dibuat serius, dia berkata, “I.. iiya.. udah.. han yah Ko”, suaranya dibuat setegas mungkin tapi matanya yang sudah sangat sayu itu tidak dapat berbohong kalau dia sudah sangat menikmati permainanku ini. “Masa?” godaku lagi sambil tetap batang kemaluanku memompa liang kemaluannya yang semakin basah sampai mengeluarkan suara agak berdecak-decak. “Bener nih lu mau udahan?” godaku lagi. Tampak wajahnya yang merah padam penuh dengan peluh, nafasnya berat terasa menerpa wajahku. “Jawab dong, mau udahan gak?” aku menggodanya lagi sambil tetap menghujamkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya.
Sadar aku sudah berkali-kali bertanya itu, dia dengan gugup berusaha menarik nafas panjang dan menggigit bibir bagian bawahnya berusaha mengendalikan nafasnya yang sudah ngos-ngosan dan menjawab, “Mmm… iya.. hmmm.” Aku tiba-tiba menghentikan gerakan naik turunku yang semakin cepat tadi. Ternyata gerakan pantatnya tetap naik turun, tak sanggup dihentikannya. Soalnya liang kemaluannya sudah semakin berdenyut dan menggigit batang kemaluanku. “Ehmmm!” Irene terkejut hingga mengerang singkat tapi tubuhnya secara otomatis tetap menagih dengan gerakan pantatnya naik turun. Ketika aku bergerak seperti menarik batang kemaluanku keluar dari liang kemaluannya, secara refleks tanpa disadari olehnya, kedua kakinya yang tadinya menendang-nendang pelan, tiba-tiba disilangkan sehingga melingkar di pinggangku seperti tidak ingin batang kemaluanku lepas dari lubang kemaluannya.
“Lho katanya udahan”, kata-kataku membuat Irene tidak mampu berpura-pura lagi.
Mukanya mendadak merah padam dan setengah tersipu dia berbisik, “Ah shiiit Kooo… uhh… uhhh.. swear enak banget… pleasee dong terusiiin yeeass!” belum selesai ia berkata aku langsung kembali menggenjotnya sehingga ia langsung melenguh panjang. Rupanya perasaaan malunya telah ditelan kenikmatan yang sengaja kuberikan kepadanya. “Ah iya.. iiiya.. di situ mmmhhh aaah!” tanpa sungkan-sungkan lagi dia mengekspresikan kenikmatannya. Selama 15 menit berikutnya aku dan dia masih bertempur sengit. Tiga kali dia orgasme dan yang terakhir betul-betul dahsyat kerena bersamaan dengan saat aku ejakulasi. Spermaku menyemprot kencang sekali bertemu dengan semburan-semburan cairan kenikmatannya yang membanjir. Irine pasti melihat wajahku yang menyeringai sambil tersenyum puas. Senyum kemenangan.
Aku melepaskan ikatannya. Dia kemudian duduk di atas kasur. Sesaat dia seperti berusaha menyatukan pikirannya.
“Huuhh, kamu hebat banget sih Ko, sering yach melakukan dengan Wiwi”
“Enggak juga koq!?
“Alah, sama setiap cewek yang kamu tidurin juga jawabannya pasti sama”
?Keperawanan lu kapan diambil?? tanyaku
?Sewaktu pacarku ingin pergi ke Amerika untuk kuliah, saya hadiahkan sebagai hadiah perpisahan?
Kemudian dia bangkit dengan tubuh yg lemah ngeloyor ke kamar mandi, setelah selesai bersih-bersih Irene kembali lagi ke kamar.
Di depan pintu kamar mandi kusergap dia, kuangkat satu pahanya dan kutusuk sambil berdiri. “Aduh kok ganas banget sih Lu!” katanya setengah membentak. Aku tidak mau tahu, kudorong dia ke dinding kuhajar terus vaginanya dengan rudalku. Mulutnya kusumbat, kulumat dalam-dalam. Setelah Irene mulai terdengar lenguhannya, kugendong dia sambil pautan penisku tetap dipertahankan. Kubawa dia ke meja, kuletakkan pantatnya di atas meja itu. Sekarang aku bisa lebih bebas bersenggama dengan dia sambil menikmati payudaranya. Sambil kuayun, mulutku dengan sistematis menjelajah bukit di dadanya, dan seperti biasanya, dia tekan belakang kepalaku ke dadanya, dan aku turuti, habis emang nikmat dan nikmat banget. “aahh…. ssshh…. oohh…. uuuuggghh…. mmhh”, Irene terus meracau.
Bosen dengan posisi begitu kucabut penisku dan kusuruh Irene menungging. Sambil kedua tangannya memegang bibir meja. Dalam keadaan menungging begitu Irene kelihatan lebih aduhai! Bongkahan pantatnya yang kuning dan mulus itu yang bikin aku tidak tahan. Kupegang penisku dan langsung kuarahkan ke vaginanya. Kugesekkan ke clitorisnya, dan dia mulai mengerang nikmat. Tidak sabar kutusukkan sekaligus. Langsung kukayuh, dan dalam posisi ini Irene bisa lebih aktif memberikan perlawanan, bahkan sangat sengit. “Aahh Kooo Akuuu mmooo.. kkeeelluuarr lagggi…” racaunya. Irene goyangannya menggila dan tidak lama tangan kanannya menggapai ke belakang, dia tarik pantatku supaya menusuk lebih keras lagi. Kulayani dia, sementara aku sendiri memang terasa sudah dekat. Irene mengerang dengan sangat keras sambil menjepit penisku dengan kedua pahanya. Saya tetap dengan aksiku. Kuraih badannya yang kelihatan sudah mulai mengendur. Kupeluk dari belakang, kutaruh tanganku di bawah payudaranya, dengan agak kasar kuurut payudaranya dari bawah ke atas dan kuremas dengan keras. “Eengghh…. oohh…. ohh…. aahh”, tidak lama setelah itu bendunganku jebol, kutusuk keras banget, dan spermaku menyemprot lima kali di dalam.
Dengan gontai kuiring Irene kembali ke ranjang, sambil kukasih cumbuan-cumbuan kecil sambil kami tiduran. Dan ketika kulihat jam di dinding menunjukan jam 02.07. Wah lumayan, masih ada waktu buat satu babak lagi, kupikir. “rine, vagina dan permainan kamu ok banget!” pujiku. “Makasih juga ya Ko, kamu juga hebat”, suatu pujian yang biasa kuterima!
Setelah itu kami saling berjanji untuk tidak memberi tahu cici dan pacarnya yg sedang kuliah di Amerika. Selanjutnya kami selalu melakukannya setiap hari sampai dia pulang ke Jakarta.

Download bokep gratis disini

keperawananku, ku relaka buat guruku

Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.
Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.
Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.
Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.
Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.
“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.
Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”. “Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.
Aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.
“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”!
Aku dan teman-teman bilang, “Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.
Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
“Alaa.., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.
Pak Freddy menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.
Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.
“Sorry, ya Pak”.
Dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.
Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.
“Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.
Aku menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.
Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu”. Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.
Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”
Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, “Udah laper, Et?”.
Aku jawab, “Lumayan, Pak”.
Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”.
Langsung kujawab, “Ok-ok aja, Pak.”.
Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.
Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.
Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.
Pak Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.
Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.
Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.
Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.
Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.
Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.
Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.
Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.
Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.
Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et”. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.
Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.
“Enak, Et?”
“Lumayan, Pak”.
Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.
“Boleh saya seperti ini, Et?”.
Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.
Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, “Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.
Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar.
Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.
Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.
Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.
Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.
Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.
Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu.

Download bokep gratis disini

Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.
Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.

Download bokep gratis disini

aku dibikn happy oleh 2temanku

Pengalamanku kali ini berawal dari hari ulang tahunku yang ke 32. Kebetulan ulang tahunku kali ini pas jatuh pada hari Minggu, maka aku melewatkannya di rumah saja bersama anakku satu-satunya yang baru berusia 5 tahun. Sempat juga aku teringat pada mantan suamiku, karena tahun lalu kami masih merayakan ulang tahunku bersama. Kami baru bercerai beberapa bulan yang lalu.

Sore-sore, ada SMS masuk. Jantungku langsung bergemuruh ketika membaca pengirimnya: Tomi, salah satu selingkuhanku yang sekarang bekerja dan berdomisili di Semarang. Aku senang sekali karena ternyata dia masih ingat ulang tahunku. Tomi memang termasuk laki-laki yang romantis, dia selalu memperhatikan hal-hal kecil yang dapat membuat hatiku senang. Usianya lebih muda 2-3 tahun dibanding aku, belum berumah tangga, tapi pengalaman sex-nya lumayan.

Yang lebih membuat aku girang luar biasa, ternyata Tomi ada di Jakarta. Dia bilang melalui SMS, dia sengaja datang untuk merayakan ulang tahunku.

“Aku selalu kangen sama kamu,” tulisnya. “Aku juga,” balasku. “Kamu kangen apanya?” “Kangen jepitannya!” ”Jepitan yang mana? Yang atas apa yang bawah?” “Dua-duanya!”

Aku selalu berdesir-desir kalau menerima SMS seperti itu dari Tomi. Bukan apa-apa, obrolan seperti itu selalu mengingatkan aku pada petulangan-petualangan sex yang pernah kami lakukan. Tomi termasuk pandai bermain cinta, itu sebabnya hubungan kami termasuk langgeng, sudah berjalan hampir 4 tahun. Dengan cowok-cowok lain aku lebih suka untuk tidak menjalin hubungan berlama-lama.

Singkat cerita, kami janji bertemu di sebuah hotel yang dulu termasuk sering kami pakai untuk rendezvous. Aku datang lebih dahulu, langsung cek in, lalu menunggu Tomi di dalam kamar. Aku SMS Tomi untuk memberitahu nomor kamar.

“Aku masih di jalan,” balas Tomi. “Macet, padahal udah ngaceng nihhh…” “Ya udah, dielus-elus aja dulu, sementara nunggu jepitan nikmat.” “Aku gak sabaran nih, udah dari kemaren ngebayangin ML sama kamu.” “Aku jadi ngebayangin punyamu, lagi ngaceng, keras, gede. Pasti sedap tuh diisep.” “Emang cuma mau ngisep?” “Aku sih cuma mau ngisep, tapi gak tau deh memekku!” ”Uuuuh, jadi makin ngaceng nih, tau?! Awassss yaaa!” “Memekku juga mulai basah tau, Yang?!” “Tolong rabain memek kamu untukku.” “Gak usah diajarin, dari tadi juga udah kuraba-raba!” Kami terus ber-SMS ria sementara Tomi dalam perjalanan menuju hotel. Pintu kamar sengaja tidak kukunci supaya Tomi dapat langsung masuk. Aku rebahan di ranjang dengan gelisah. Kirim-kiriman SMS seperti itu membuat aku terangsang hebat. Vaginaku benar-benar basah, buah dadaku mengeras, tidak sabar ingin cepat-cepat mereguk nikmat bersama Tomi.

Untungnya Tomi muncul tidak lama kemudian. Karena sudah kuberitahu bahwa pintu kamar tidak kukunci, dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Aku sedikit terkejut, tapi senang sekali. Tanpa beranjak dari ranjang, kukembangkan kedua tanganku untuk menyambut Tomi dengan pelukan.

Tomi mengunci pintu, lalu langsung membuka celana panjang berikut celana dalamnya. Aku tertawa melihat batang kemaluannya nampak sudah mengacung tegak. Lucu, sekaligus menggairahkan. Sementara Tomi membuka pakaiannya dengan terburu-buru, aku juga bergegas membuka kaos ketat dan rok mini yang kukenakan. Tomi memandang tubuhku yang hanya tinggal ber-bh dan celana dalam dengan rupa amat bernafsu.

Tanpa ba-bi-bu, dia langsung menerkam aku di ranjang. Kami langsung bergumul, berciuman bibir dengan panas bergelora. Kedua tangan Tomi liar meremas-remas apapun pada tubuhku. Celana dalamku diturunkannya dengan tergesa-gesa.

“Aku gak tahan, Yang…, kita langsung ngentot yaaa…. Ngobrolnya nanti aja, oke?”

Nafasnya sudah ngos-ngosan, aku hafal betul bagaimana Tomi kalau sudah diamuk birahi. Tentu saja aku tidak keberatan untuk langsung bersetubuh seperti permintaan Tomi, karena aku juga sudah amat sangat bergairah sedari tadi.

Kubuka pahaku memberi jalan. Tomi mencumbu sepasang payudaraku sambil mengarahkan rudalnya pada vaginaku. Terasa kepalanya yang besar menyeruak mulut vaginaku yang basah. Nikmat sekali. Kuresapi nikmatnya terobosan batang kemaluan Tomi pada liang vaginaku sambil memejamkan mata. Sleseeeeeppp….. blessss…!

“Ooooh…., enak banget, Sayaaang…,” rintihku. “Aku kangen kontol kamuuu….” “Aku juga kangen banget, Sayaaang…. Aku kangen ngentot sama kamuuu…” “Sekarang entot aku…, entot aku, Sayaaang….”

Tomi semakin bernafsu, gerakannya jadi semakin brutal dan agak kasar. Justru itu yang aku suka. Batang kemaluannya yang luar biasa keras terasa memenuhi liang vaginaku, menyentak-nyentak hingga ke ujung lorong kenikmatan milikku.

“Aaaakkkhhh…, asyiiiikkk, Saaayyy…., yahhh…, teken yang kenceng…, yahhh… gitu dooong…, uuuuggghhh…”

Dia menyentak-nyentaik batang kemaluannya lagi, semakin keras, semakin cepat dan bertenaga. Aku semakin lepas kontrol, jeritanku makin menjadi-jadi akibat dilanda nikmat yang luar biasa. “Aaaarrgghh…., gilaaa…! Kontolmu sedap banget, Sayaaang… Entot memekku, Sayaaang…, yah…, yaaahh, gituuuuuhh…, aaarggghhhh…., yang keras, yang kerassss…., ooohhhh, kontol kamu sedap, Sayaaang!”

Aku memang termasuk type perempuan yang “heboh” bila sedang bersetubuh. Semakin nikmat persetubuhan yang kurasakan, rintihan dan eranganku pasti akan semakin keras dan jorok. Dulu aku malu dengan perilaku sex-ku yang satu itu, karena takut dinilai perempuan murahan yang maniak, tapi lama-kelamaan aku justru menikmatinya. Kenyataannya banyak laki-laki yang justru menyukai erotisme seperti itu, karena mereka jadi merasa sangat perkasa dan semakin bergairah karena merasa berhasil membuat aku keenakan.

Tomi semakin kuat menggecak-gecak batang kemaluannya di dalam vaginaku, seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan eranganku. Kurasakan klimaksku sudah sangat dekat. Kuangkat-angkat pinggulku setiap kali Tomi menggecak, sehingga batang kemaluannya yang besar dan keras itu menghunjam-hunjam semakin dalam. Nikmat luar biasa.

Kami terus bersetubuh, berganti-ganti posisi. Terakhir, ketika orgasmeku telah semakin dekat, Tomi membalikkan tubuhku hingga membelakanginya. Aku segera mengerti. Lekas-lekas aku menungging di atas ranjang dengan kedua tangan berpegangan pada pinggiran jendela kamar. Lalu kembali Tomi menggenjotku dari belakang. Aku berusaha mengimbangi dengan menggerak-gerakkan pinggul. Setiap dia menekan, kudorong pantatku ke belakang, demikian pula sebaliknya. Kudengar nafas Tomi kian memburu, diselingi suara lenguhannya setiap kali dia menggecak batang penisnya kuat-kuat.

Akhirnya aku melolong lebih dahulu. Aku orgasme!

“Ooooooooorrggghhhhh……!!! Toooommmm, aku keluaaaarrr….!!!!”

Tomi semakin bersemangat, digecak-gecaknya kemaluannya semakin kuat dan cepat. Tubuhku terguncang-guncang semakin hebat. Sementara kemaluanku berkedut-kedut saat aku mencapai klimaks, kugoyang-goyangkan pinggulku maju-mundur dengan cepat dan kuat untuk mengimbangi gerakan Tomi. Aku tahu pasti, sebentar lagi dia pun akan mencapai puncak kenikmatannya.

“Oh, ah, uuughhh..!!! Memek kamu enak, Sayang…., aku hampir keluar, aku hampir keluar, adduuhhhh…., enak sekalih, enak sekali memek kamuhhhh…., oooorrrgghhh.., aaarrgghhh…., uuuuggghhh…., aaaaaaaarrrgghhhhh……..!!!”

Tomi menyemprotkan spermanya banyak sekali. Terus kugoyang-goyang pinggulku agar dia lebih merasa nikmat. Dia melenguh-lenguh sambil meremasi buah dadaku yang bergelantung, sementara air maninya menyemprot-nyemprot di dalam vaginaku.

Setelah itu Tomi menghempaskan nafasnya yang berat. Dipeluknya tubuhku. Kami lalu bercium-ciuman sambil berangkulan di ranjang.

“Kamu apa kabar selama ini, Sayang?” tanya Tomi sambil membelai-belai keningku yang berkeringat. Bayangkan, setelah bersetubuh demikian panas, dia baru sempat menanyakan kabarku. Aku tersenyum.

“Baik,” jawabku. “Kamu sih, sombong, mentang-mentang udah jadi boss!” “Aku selalu kangen sama kamu, tau?!” “Aku juga, soalnya kamu yang paling hebat!” “Hebat apanya?” Aku tersenyum, kugenggam batang kemaluan Tomi sebagai jawaban. Tomi mengikik, dan penisnya otomatis bergerak membesar kembali.

“Tuh kan, baru dibilang paling hebat, dia langsung bangun lagi!” aku menggoda sambil mengelus-elus batang penis Tomi yang kian mengeras. Kuangkat pahaku, menyilangi paha Tomi, lalu kugesek-gesekkan ujung penisnya ke belahan vaginaku. Tomi menyeringai. Tubuhku dipeluknya lebih erat, lalu kami berciuman bibir. Hangat, tandas, dan lama…

Selanjutnya kami memulai permainan ronde kedua. Seperti biasa, Tomi memang kuat dan tahan lama. Entah berapa lama kami bersetubuh untuk yang kedua kali malam itu, yang jelas akhirnya kami mencapai orgasme dalam waktu bersamaan. Setelah itu kembali beristirahat. Buang air, mencuci tubuh di kamar mandi, pesan makan malam, ngobrol-ngobrol, lalu bercumbu lagi.

Pagi-pagi aku pulang, ganti baju dan langsung berangkat lagi ke kantor. Sebetulnya aku capek sekali setelah mendaki puncak nikmat berkali-kali sepanjang malam, tapi hari itu boss ada meeting di kantor, jadi tidak mungkin aku membolos (aku bekerja sebagai sekretaris direksi). Lagipula, kenikmatan berkali-kali yang diberikan Tomi, justru membuat pikiranku menjadi cerah dan semangat menjadi tinggi.

Sebelum berpisah, Tomi mohon maaf karena tidak bisa menemui aku lagi karena banyak hal yang harus dikerjakannya. Dia lalu meminta aku mengantarnya ke bandara bila nanti dia kembali ke Semarang. Aku setuju saja.

Kamis sore, Tomi menjemput aku di kantor untuk mengantarnya ke bandara seperti yang sudah kami sepakati tempo hari. Tapi dia tidak sendiri, melainkan ditemani seorang cowok ganteng. Aku diperkenalkan dengan cowok itu yang ternyata sahabat Tomi sejak mereka masih sama-sama remaja. Namanya Irvan, usianya nampak sedikit lebih muda dibanding Tomi.

Ketika berkenalan, aku sempat mencuri pandang ke arah bokongnya. Lumayan gede. “Kalo neken, kayaknya nikmat nih,” pikirku langsung ngeres. Pada saat yang sama, aku melihat sekilas dia melirik ke arah dadaku. Saat itu aku mengenakan blazer dan daleman tanktop yang telah kubuka 2 buah kancingnya sejak dari kantor, sehingga belahan dadaku yang penuh nampak terlihat jelas. Darahku kontan berdesir lebih cepat menyadari Irvan tertarik pada buah dadaku yang berukuran 36C.

Tomi duduk di kursi belakang bersamaku, sementara Irvan sendirian di depan menjadi “sopir”. Kami langsung tancap gas, masuk tol menuju bandara.

Di perjalanan, kami ngobrol-ngobrol biasa pada mulanya. Cerita macam-macam, diselingi tawa dan gurauan. Irvan sesekali nimbrung. Sekitar sepuluh menit sejak berangkat dari kantor, Tomi merapatkan duduknya. Sambil ngobrol, Tomi mulai menggerayangi aku, pahaku dielus-elus, jarinya nakal menekan-nekan belahan vaginaku. Aku bilang, “Eeeh, jangan dong, Yang, gak enak sama Irvan….” Tapi Tomi tahu, aku tidak sungguh-sungguh menolak perlakuannya itu. Buktinya aku membiarkan jemarinya menelusup ke balik celana dalamku, bahkan pahaku mengangkang memberi jalan. Sesungguhnya aku hanya takut tidak dapat mengendalikan diri, padahal tempat dan situasi tidak terlalu kondusif untuk suatu persetubuhan.

Entah bagaimana, tahu-tahu Irvan berkata, “Santai aja, aku ngerti kok…” Aku melihat dia mengerling nakal kepadaku dari kaca spion. Nafsuku jadi semakin bangkit. Masabodo’ ah, pikirku. Maka, aku diam saja menikmati rabaan-rabaan Tomi pada selangkanganku.

“Ssssssshhhhh……, geli tau, Yang?!!” desisku sambil mengangkangkan kaki lebih lebar. Tomi jadi makin bersemangat. Celana dalamku diturunkannya cepat-cepat sembari menciumi batang pahaku.

“Buka blazer kamu, Sayaaang…!” katanya memberi instruksi, sementara dia sendiri sibuk membuka kait rok mini yang kukenakan. Aku benar-benar tidak peduli lagi pada Irvan, langsung saja kuturuti permintaan Tomi untuk membuka blazer.

“Buka semua deh, Yaaang…,” Tomi merayu sambil bergerak hendak menciumi kedua pahaku kembali. Rokku sudah dicampakkannya, sehingga bagian bawah tubuhku sudah telanjang. Aku tinggal mengenakan tanktop dan bh sekarang.

“Kamu gila, tau gak sih?!” aku mendesis menikmati jilatan lidah Tomi pada pahaku, lalu kuturuti permintaannya. Kubuka tanktop dengan agak tergesa. Ketika aku membuka bh, kulihat Irvan memperhatikan dari kaca spion. Cuek aja, ah, batinku dengan penuh nafsu.

Sambil menjilat-jilat pangkal pahaku, sebelah tangan Tomi mulai meremas-remas sepasang payudaraku yang telanjang. Aku mengerang. Tomi lalu mengangkangkan pahaku lebih lebar, lidahnya merayap menuju vaginaku yang merekah basah. Aku mengerang lebih kuat ketika kurasakan ujung lidahnya menjilat-jilat belahan vaginaku. Selanjutnya aku semakin lupa diri. Tomi memang sudah hafal betul bagaimana membuat birahiku cepat bangkit. Kemaluanku dicumbu dan dilumatnya habis-habisan. Diobok-obok dengan jari, dihisap, dikenyot. Aku benar-benar tidak kuat menahan diri untuk menjerit-jerit.

“Sayaaang…, oooohhh…, yessss..!! Terus isep….oooouuwww!!! Ooohhh…., aduuh, gilaaa…, enak banget, Sayaaang…, aaahhh…, ooouuwwww… aaarrggghhh…, terus, Sayaaang…, aaahhh…, ooooookkkhhh…”

Aku membuka pahaku lebih lebar lagi sambil menekan-nekan kepala Tomi agar tambah masuk ke vaginaku yang terasa megap-megap keenakan. Aku benar-benar lupa diri, tak ada lagi rasa malu ataupun sungkan. Sempat kulirik Irvan, nampak mukanya agak tegang, namun itu justru menambah gairahku. Aku malah mengerang, merintih, dan menjerit semakin menjadi-jadi.

“Nikmaaat, oooh…, iseep teruusss…, oh, oh, oh, aaah, ooohhh…, teruuusss, isep itilku, kacangkuu…., yaaah, kenyot terus, Sayaaang…, yaaah.., kenyooot…, sedaaaap…”

Entah bagaimana, tiba-tiba ada hasrat aneh di dalam dadaku untuk membakar birahi Irvan yang aku tahu sudah tidak sepenuhnya berkonsentrasi ke jalan. Semakin kusadari betapa dia tertarik dengan apa yang tengah kulakukan bersama Tomi, semakin aku bernafsu untuk menggoda kelelakiannya.

Aku melihat Irvan agak menurunkan kaca spion, sehingga dia pasti bisa jelas melihat tubuhku di kaca itu. Rupanya sengaja dia mau menonton. Tahu begitu, birahiku semakin menggebu-gebu. Kuremas-remas sendiri kedua payudaraku yang telanjang sambil terus merintih dan mengerang. Kulihat Irvan ternganga, mulutnya membentuk ucapan “ugh”. Ingin rasanya aku meremas batang kemaluannya yang aku tahu pasti sudah semakin tegang dan keras menyaksikan pertunjukan sex gratis dari kaca spion. Berpikir begitu, birahiku jadi semakin tinggi, apalagi Tomi terus mencumbui kemaluanku. Rintihan-rintihan nikmat keluar begitu saja dari mulutku, liar tak terkendali.

“Ooooh, isep, Sayaaang…, terussss…, kerjain memekku……Aduuuh, gilaaa…, sedap, nikmat, ah, uhhhh, memekku basah banget…, lap dulu dong, Sayaaang…”

Kuangkat kepala Tomi dari selangkanganku. Tomi bangkit, tapi bukan untuk melap seperti permintaanku, melainkan justru membuka semua celananya, Kemaluannya telanjang, mengacung tegak, keras seperti tongkat kayu.

“Oooh.., aku isep kontolmu ya Sayang.., aku kenyot ya?”

Tomi melenguh ketika aku mengurut kemaluannya yang keras menggairahkan, lalu katanya, “Aku nggak tahan, Sayang…, aku mau fuck kamu.., aku pengen ngentot disini!”

Sambil berkata begitu, tubuhku didorongnya agak kasar sampai aku rebahan di jok. Kunaikkan sebelah kakiku tinggi-tinggi ke sandaran jok, sementara yang sebelah lagi menjuntai ke bawah. Tomi semakin lupa diri menyaksikan posisiku yang mengangkang.

“Kita ngentot ya, Sayang?” bisiknya dengan suara agak serak sambil menciumi buah dadaku yang montok. “Aku masukin kontolku yaaa…., aku nggak tahan…, aku kangen sama memek kamu…”

“Aaaakkhhh.., sedaaap…., yesss…, ooohhh, kontol kamu udah masuk, Sayaang… Yaaahhhh, teken terus sampe mentok.., teruuussss…”

Tomi mendorong batang kemaluannya yang besar dan keras itu hingga terasa mentok di dasar vaginaku. Kuangkat pinggulku tinggi-tinggi, menyambut sodokan Tomi yang semakin kuat. Tomi mengenyoti puting susuku sembari menggecak-gecak penisnya yang perkasa di liang kemaluanku. Kami semakin lupa diri, sama sekali tidak peduli lagi pada Irvan.

“Uuuuuggghhh…, ooooohhhhh…, aaaarrrggghhhhh…,” kami teriak-teriak berbarengan, menyalurkan nikmat yang tak terkira.

“Sayaaang, entot aku, Yaaang…, ahhh, kontolmu sedaaap, ooohhh…, memekku enak banget nih dientot kamu… Ohhh, kita fuck terus, Sayang, yaaahhh…, gesek terusss, tekeeeennn, goyang, puter, auh, entot terus memekku, Sayaaang…., entot terussss..”

Aku terus menjerit-jerit, seperti biasa bila tengah didera nikmat bersetubuh. Entah berapa menit Tomi menghantam vaginaku dengan penisnya yang perkasa, tahu-tahu kurasakan badanku agak panas dan semakin ringan. Goyanganku jadi semakin cepat, liar tak terkendali. Orgasmeku sudah dekat.

“Yaaang, aku mau keluaaaar…!” otomatis aku mengerang semakin kuat. “Keluaaaar!!! Aku mau keluaaar……!!! Oooooohh, fuck me terussss!! Entoootttt…., ngeweeeee… entoooot…, ngeweee aaaaaaarghhhh….”

Aku orgasme. Tubuhku serasa melayang tinggi sekali. Nikmat luar biasa.

“Oh my God, oh my God, ngentot nikmaaat, ngentot sedaaap, aku suka kontol kamu, Sayaaang…, aku suka ngentot sama kamu….. Oooooooookkkhhhh,” aku melolong sejadi-jadinya, sementara Tomi mengocok penisnya semakin kuat dan cepat. Terasa batang kemaluannya menghunjam-hunjam di dalam liang vaginaku yang telah banjir oleh cairan orgasme. Beberapa saat kemudian….,

“Oh, ah, oh, aku juga mau keluar…, enak banget, ahhh, enak ngentot sama kamu, ohhh, aku suka ngentotin kamu…, aku mau keluar, aku mau keluar, yah, oh, aaaahhh, uuuugghhh, aaaaaaarrrggghhh….”

Setelah itu yang terdengar hanya suara desah. Sejenak aku melupakan Irvan, sama sekali tak terpikirkan olehku bagaimana kira-kira reaksinya mengetahui ada orang bersetubuh di jok belakang, sementara dia sedang menyopir sendirian di depan. Tomi lebih-lebih tidak peduli. Dia asyik memeluk tubuh bugilku, sambil mengatur nafasnya yang memburu.

Agak lama kami membisu dalam sisa-sisa kenikmatan seperti itu, sampai tiba-tiba terdengar suara Irvan.

“Ehm, udah mau nyampe nih, rapi-rapi, deh!” katanya nenyadarkan aku dan Tomi. Kami bangun, merapikan pakaian masing-masing dengan agak tergesa. Sekilas aku lihat kaca spion sudah pada posisi semula.

“Sorry ya, coy, kita lupa diri,” kata Tomi basa-basi. Aku pura-pura tidak memperhatikan, sibuk mengenakan kembali celana dalamku, tapi sesungguhnya aku melirik pada Irvan yang mesem-mesem penuh arti.

Sementara berpakaian, aku pikir lebih baik aku tidak mengenakan bh lagi. Kancing tanktop kembali kubiarkan terbuka 2 buah. Gila memang, saat itu di otakku sudah terbayang bagaimana indahnya sebentar lagi aku tinggal berdua saja dengan cowok seganteng Irvan.

Ketika tiba di bandara, Tomi meminta Irvan untuk langsung saja mengantarkan aku pulang. Katanya, “Kamu tidur aja di jok belakang, nanti dibangunin Irvan kalo udah sampe rumah.” Dia lalu menerangkan alamat rumahku kepada Irvan.

Begitu mobil berangkat meninggalkan bandara, aku langsung pindah ke jok depan.

“Biarin aja di belakang, kan kamu mau tidur?!” Irvan berbasa-basi. Aku tersenyum sambil merapikan posisi dudukku. Kuturun-turunkan rok mini yang kukenakan guna menutup paha mulusku yang tersingkap, tapi sebenarnya gerakan itu justru kusengaja untuk memancing perhatian Irvan. Kulihat matanya mengerling pada pahaku, berarti pancinganku mengena.

“Mas, tadi sorry ya, kamu jadi gak konsen ke jalan,” kataku kemudian. “Si Tomi emang suka gila, kadang-kadang…, gak bisa nahan kalo lagi pengen…”

Beberapa saat Irvan tidak menjawab, lalu tiba-tiba dia berkata dengan suara yang agak tercekat. Nampaknya dia masih sangat dipengaruhi birahi. “Mbak tau gak, aku baru kali ini lihat orang ML langsung dengan mata kepalaku sendiri.” “Aku juga baru sekali ini ditonton begitu, Mas! Tau gak sih, sebenernya aku malu banget…, tapi gimana dong?! Sex emang gitu kan, kadang-kadang bikin kita lupa diri…!” “Iya sih, gak apa-apa kok, aku ngerti…, tapi bukannya tadi mbak tambah bergairah karena tau aku ‘ngintip? Bukannya mbak malah sengaja manas-manasin aku?”

Duh, malu banget…. “Kok tau sih?” akhirnya kucetuskan saja keherananku. Kepalang basah, aku bertanya begitu sambil mencubit mesra lengan Irvan. Dia tersenyum sambil terus memandang ke arah jalan.

“Jangan manggil ‘mbak’ ah, gak enak…,” kataku kemudian sambil menatap wajah Irvan dari samping. Keren banget, batinku. “Kamu juga jangan panggil ‘mas’ dong yaaa…,” jawab Irvan, sambil meletakkan tangan kirinya di atas pahaku. Aku langsung terdiam seribu basa, jantungku kontan bergemuruh. Nekad juga nih orang, pikirku. Sekilas Irvan mengerling ke arahku, lalu perlahan telapak tangannya mulai bergerak-gerak mengusapi paha mulusku yang tersingkap. Kurang ajar, tapi aku suka sekali.

Otomatis laju mobil kami jadi perlahan. Irvan mengambil lajur paling kiri supaya tidak mengganggu perjalanan mobil lain, mengingat kami masih berada di jalan tol.

Aku pura-pura tidak terpengaruh pada rabaan-rabaan Irvan, hanya saja mulutku seperti terkunci. Bulu-bulu romaku terasa meremang. Gila, baru diraba paha, birahiku sudah amat terangsang. Cowok ini pasti lihai, batinku penuh harap. Pahaku sesekali diremasnya dengan lembut, lalu tangannya merayap semakin naik. Karena tidak tahan, tahu-tahu kucubit lengannya. Dia tersenyum sedikit.

“Masih enak?” tanyanya setengah berbisik.

Aku tidak menjawab, tapi kepalaku mengangguk-angguk cepat. Irvan makin bersemangat, tangannya meraba pahaku kian tinggi, menelusup ke balik rok. Aku menggigit bibir seraya menggeser dudukku lebih mendekat.

Lalu terasa jari-jarinya telah menyentuh selangkanganku. Darahku kian berdesir-desir. Nafsu sex-ku memang besar, birahiku cepat sekali naik, padahal tadi aku baru saja mencapai orgasme yang luar biasa bersama Tomi.

“Kamu bisa konsen?” tanyaku, suaraku mulai parau karena birahiku mulai tinggi. Irvan tidak menjawab, malah menelusupkan jarinya ke vaginaku. Otomatis pinggulku terangkat dan kedua pahaku merenggang. Terasa jari-jari Irvan menggesek-gesek lembut belahan vaginaku. Nikmat sekali.

“Masih enak ya?” bisik Irvan bersemangat, mungkin dia tahu aku demikian terangsang. “Bangeeettt…,” jawabku tanpa malu-malu lagi. Mulutku mulai mengeluarkan desis-desis kenikmatan. “Sssshhhhh…., aaaahhhh…, enak bangeeettt…. Kamu pinter…!!”

Sandaran jok kurebahkan sedikit supaya posisiku lebih nyaman. Cepat kuturunkan celana dalamku, kubuka sekalian, lalu aku duduk mengangkang. Sementara itu, tangan Irvan tak sedetikpun lepas dari selangkanganku.

Jari tengahnya terasa menyusup, menggelitik-gelitik clitorisku yang sudah sangat basah. Sesekali diremasnya gundukan kemaluanku. Jari-jarinya bergerak lembut namun amat terampil. Nikmatnya tak terkatakan.

“Sssshhhh….., aaarrrgghhhh….., ssshhhh…., aaaaaarrrggghhhh…..,” aku terus mendesis-desis keenakan. Jari tengah Irvan mulai mengocok-ngocok, bergerak cepat maju-mundur di liang vaginaku yang licin oleh lendir. Dudukku jadi semakin melonjor dan mengangkang. Irvan memasukkan lagi satu jarinya, lalu masuk lagi yang ketiga tak lama kemudian. Aku mulai menjerit-jerit, nikmat sekali diobok-obok dengan tiga jari.

Aku mulai lupa diri akibat diamuk birahi. Seperti biasa, mulutku terus mendesis, mengerang, merintih, mengeluarkan kata-kata nikmat penuh nafsu. Karena semakin tidak tahan, tanganku begitu saja meraba selangkangan Irvan. Gila, tonjolannya besar sekali! Aku jadi semakin bernafsu. Cepat kutarik ritsleting celananya, dia membantu membuka gesper lalu mengeluarkan batang kemaluannya.

“Aauwww! Punya kamu gede bangetttt…..” Irvan tampak blingsatan mendengar komentar spontanku. Sungguh aku tidak bohong, penisnya memang luar biasa besar dan panjang. Aku tidak tahan, batang kemaluannya kuremas-remas dengan gemas.

“Gedean mana sama Tomi?” tanya Irvan kemudian, sementara aku asyik mengelus-elus batang kemaluannya yang menjadi semakin keras. “Dia gede, tapi kamu super gede!” Irvan tertawa mendengar jawabanku. “Isep ya?” tanyaku. Irvan mengangguk-angguk. Joknya lebih dimundurkan sedikit supaya memudahkan aku melakukan blow job.

Aku cengkeram penuh batang penis Irvan, aku jilat ujungnya yang ternvata sudah keluar cairan bening. Kuangkat kepalaku sejenak sambil menatap Irvan yang harus membagi konsentrasinya ke jalan. “Kamu masih bisa nyetir kan? Hati-hati nabrak lho ya….”

Irvan tidak menjawab. Tangan kirinya menyusup, meremas buah dadaku yang terasa keras memuai akibat birahi. Aku jadi semakin tidak peduli apapun lagi, kumasukkan kepala penis Irvan ke dalam mulutku. Aku hisap perlahan. Batang penis itu berdenyut sedikit, membuat aku tambah bernafsu. Aku hisap lebih kuat ujungnya, lalu aku masukkan semua ke mulut sambil aku putar-putar. Irvan mulai merintih-rintih keenakan.

“Oooh…., ssshhh…, gilaaa.., sedap isepan kamu, aaarggh…, kenyot terus, Sayaaang…, yaaahhhh”

Aku kocok terus penisnya, kadang pelan, lalu cepat, lalu kupelankan lagi, lalu cepat lagi, pelan lagi, cepat lagi. Begitu terus sambil aku hisap-hisap. Biji pelirnya aku usap-usap. Dia lebih mengangkang. Aku mengerti, kuturunkan mulutku, kukenyot-kenyot buah zakarnya.

“Aaah…, sssssshhhh…, uugh, enak bangeeet,” Irvan mengerang-erang sambil meremasi buah dada montokku.

“Aku gak tahan,” katanya lagi. “Aku mau ngewek sama kamu, mau ngentot sama memek kamu….” Nafasnya ngos-ngosan, tangannya kembali merogoh-rogoh vaginaku.

“Iya, Sayang, aku juga pengen banget dientot kontol kamu,” aku menjawab dengan nafas yang tak kalah ngos-ngosan, sambil menciumi dan menjilat-jilat kepala penis Irvan yang merah mengkilat.

“Aaah…, yuk, di mana ya?” “Mampir hotel aja…, cari yang deket-deket sini…”

Selanjutnya aku kembali sibuk menghisapi kemaluan Irvan, sementara dia setengah ngebut menuju arah Ancol. Tidak terlalu lama, kami tiba di sebuah hotel kecil yang cukup nyaman dan bersih. Begitu sampai di muka lobby, aku langsung turun, check in, lalu bergegas masuk kamar, sementara Irvan memarkirkan mobil.

Di kamar aku langsung membuka tanktop, dan melemparnya begitu saja di lantai. Lalu aku masuk kamar mandi untuk buang air kecil. Kubuka rokku, kugantung di pintu kamar mandi. Kini aku telanjang bulat karena celana dalam sudah kutanggalkan sejak di dalam mobil.

Keluar dari kamar mandi, Irvan persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun. “Body kamu bagus banget,” dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.

“Toket kamu fantastis,” desisnya. “Aku udah nafsu kepingin ngenyot ini sejak aku liat dari kaca spion….” “Aku tau,” jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas, kutarik ritslitingnya, lalu kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. Dibukanya sendiri kemejanya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.

Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Irvan minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku. Tapi kataku, “Masukin aja yuk, aku udah pengen ngerasain kontol kamu!” Irvan tersenyum lebar. “Udah gak sabar ya?” godanya. “Iya, pengen dientot, kontolmu pasti enak…, gede, montok…!”

Irvan menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Irvan pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Irvan yang super besar.

Berbeda dengan Tomi, Irvan nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.

“Udah, Sayaaaang…..,” rengekku memohon. “Please…., masukiiiinnn…”

Irvan menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Irvan, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.

“Memek kamu bagus, tebel, pasti enak ngentot sama kamu….,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Irvan, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.

Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Irvan semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu…, terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya….!!!

Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Irvan memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.

“Oooooohhhhh….,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Irvan mulai memajumundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.

“Tuh kan, kontolmu enaaaak …!!!,” kataku setengah menjerit.

Irvan tidak menjawab, melainkan terus memajumundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang super besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.

“Ooooohhhh…., tolooooonggg.., gustiiii…!!!” Irvan malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis. “Aaaahhhh, kontolmuuu…, ooooohh, aaaarrrghhh…, kontollmuuu…, ooohhhh…!!!”

Irvan terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Irvan sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.

“Aku mau keluar! Aku mau keluaaar!!” aku menjerit-jerit. “Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ngentot sama kamu!” Irvan menyodok-nyodok semakin kencang. “Sodok terus, Sayaaang!!!” “Yah, ooohhh, yaaahhh, uuuuggghhh!!!” “Teruuuuussss….., aaarrggghh…., sssshhhh…., ohhh…, sodok terus kontolmuuuu…!” “Oh, ah, uuugghhh…” “Enaaak…., kontol kamu enak, kontol kamu sedap, yahhh, teruuuusssss…, entot aku terus, Sayaaang…, sodok terusssss…., entooootttt…., yaaaahhhhhh…..!!!” “Oooorrrgghhh…., yaaahhhh…., uuuugggghhhh… sssshhhh…, aaarrggghhh…”

Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Irvan, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!

Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Irvan mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.

Kuturuti permintaan Irvan. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Irvan mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.

Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memajumundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.

Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Irvan dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Irvan segera menunduk, dikecupnya pipiku.

“Kamu hebat banget,” kataku terus terang. “Kukira tadi kamu udah hampir keluar!” “Emangnya kamu suka kalo aku cepet keluar?”

Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Irvan mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.

Irvan melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.

“Oooorrrgghhhh….., aaahhhhh….., ennaaak….., kontolmu enak bangeeeettt…!!”

Ivan tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Irvan pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Irvan. Cowok itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.

Tiba-tiba Irvan menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Irvan langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Irvan memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.

“Aaaaarrgghhh…!!!” aku menjerit. “Aku hampir keluar!” Irvan bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Irvan. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.

“Terus, Sayang…, teruuuusss…!” desahku. “Ooohhh, enak sekali…., aku keenakan…, enak ngentot sama kamu!” “Aku juga, aku juga, memekku keenakaaaan….!” “Aku udah hampir keluar, Sayaaang…., memek kamu enak bangeeeet….” “Aku juga mau keluar lagi, tahan dulu! Terussss…., yaaah, aku juga mau keluaaarrr!” “Ah, oh, uughhh, aku gak tahan, aku gak tahan, aku mau keluaaar….!” “Yaaaahhh teruuuussss, sodok terussss!!! Aku enak, aku enak, Sayaaang…, aku mau keluar, aku mau keluar, memekku keenakan, aku keenakan ngentot sama kamu…., yaaahhhh…, teruuusss…, aaarrgghhh…., ssshhhhhh…, uuugghhh…, aaaaaarrrghhh!!!!”

Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Irvan menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.

“Ooooooohhhhh….!!!” dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.

Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Irvan memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sibuk mengatur nafas.

“Enak banget,” bisik Irvan beberapa saat kemudian. “Hmmmmm….” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Irvan bergerak-gerak di dalam vaginaku. “Memek kamu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu…” “Apalagi kontol kamu…, gede, keras, dalemmm…” “Kamu ngantuk gak? Kita nginep di sini aja yuk…!” “Kalo tidur sih mendingan di rumah masing-masing aja!” “Justru itu, aku mau kita ngentot sampe pagi…!”

Berkata begitu, Irvan bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Irvan menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.

Irvan lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Irvan karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Irvan mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,

“Aku bisa gak puas-puas ngentot sama kamu…. Kamu juga suka kan?”

Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Irvan sebagai jawaban. Alhasil, malam itu kami bersetubuh tiga kali, dengan entah berapa kali mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga. Hampir tidak tidur sama sekali, sekitar pukul 6 Irvan mengantarku pulang, lalu ke kantor. Di kantor rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sepanjang malam dengan dua sahabat yang perkasa.